Selamat datang di blog zyfa syafara alias fahrur

Download

Sabtu, 03 Desember 2011

Kiat Hidup Di Jepang


01. Bila Anda pernah bekerja atau bergaul dengan orang Jepang, tentunya Anda sering melihat orang Jepang membungkuk mengucapkan Yoroshiku onegai shimasu. Ungkapan Yoroshiku onegai shimasu tidak hanya dipergunakan untuk memperkenalkan diri saja, melainkan juga ketika kita hendak meminta tolong kepada orang lain.

Misalnya, ungkapan Yoroshiku onegai shimasu kadang-kadang dituliskan di akhir surat atau email. Meskipun tidak ada permintaan tolong secara khusus, tetapi dengan menuliskan Yoroshiku onegai shimasu merupakan cara mengungkapkan salam secara umum yang mencakup semua isi surat atau email. Boleh dikatakan ini merupakan ungkapan Jepang yang sangat khas. 

Lalu bagaimana kita menjawab seandainya ada orang yang mengucapkan Yoroshiku onegai shimasu kepada kita? Jawabannya sama: Yoroshiku onegai shimasu!






02. Yang dimaksud dengan Ko-so-a-do kotoba adalah kata tunjuk kore, sore, are dan kata tanya dore yang artinya "yang mana". Kotoba sendiri artinya "kata". Ko-so-a-do kotoba dipergunakan juga untuk menunjukkan tempat. Koko artinya "di sini", soko artinya "di situ", asoko artinya "di sana" dan doko artinya "mana". 

Ko-so-a-do kotoba ini sangat berguna karena kita bisa memakainya tanpa perlu lagi menyebutkan kalimatnya secara lengkap. Tetapi tentunya kita harus yakin terlebih dahulu bahwa lawan bicara kita mengerti apa yang kita maksud, karena sering terjadi kesalahpahaman. Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya, "Ambilkan itu". Yang dimaksud adalah surat kabar, tapi justru sang istri mengambilkan kacamata.





03. Bangsa Jepang sangat mementingkan keharmonisan hubungan antarmanusia. Untuk itu kita berusaha menghindari cara penolakan yang tegas karena dapat mempengaruhi hubungan baik selama ini.

Misalnya, ketika ditawari makanan yang tidak kita sukai, maka pertama-tama kita harus memperlihatkan penghargaan atas tawaran tersebut dengan mengucapkan Arigatô gozaimasu yang artinya "terima kasih", lalu setelah itu barulah kata penolakan yang sifatnya mengelak; Chotto..., artinya "nggg....". Kata chotto ini berguna sekali karena bisa dipakai untuk memanggil orang, dan juga bisa dipakai untuk menolak. Ungkapan yang tidak langsung ini sering dipakai dalam dunia bisnis.

Ungkapan-ungkapan halus seringkali digunakan dalam dunia bisnis. Sebuah ungkapan yang sering dipakai untuk menolak suatu kesepakatan bisnis dengan klien adalah Kentô shitemimasu. Meskipun Kentô shitemimasu pada dasarnya berarti "Saya akan pertimbangkan," ungkapan ini bernuansa "Tolong jangan berharap jawaban positif."


04. Banyak wisatawan asing yang terkejut ketika mengetahui bahwa jadwal kereta di Jepang semuanya dioperasikan tepat waktu. Memang kebanyakan orang Jepang lebih suka segala sesuatunya berjalan sesuai jadwal yang ditentukan. Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh produsen jam terkemuka, dalam pertanyaan "berapa menit keterlambatan kereta yang membuat Anda uring-uringan?", sekitar 50% responden menjawab "maksimal lima menit". 

Ketika ada janji untuk bertemu, etikanya adalah tiba lima menit sebelum waktu perjanjian. Tak jarang orang yang tiba tepat waktu pun, malah menjadi orang terakhir yang tiba di tempat perjanjian. Apalagi dalam urusan pekerjaan, kita dapat kehilangan kepercayaan apabila kita datang terlambat. Oleh karena itu, apabila ada kemungkinan terlambat, etikanya adalah segera memberitahukan sebelumnya melalui telepon. Ingatlah, kebanyakan orang Jepang akan menjadi uring-uringan apabila ada keterlambatan, meski hanya lima menit saja.


05. Jam kerja di kebanyakan perusahaan Jepang adalah dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Walaupun akhir-akhir ini sistem "waktu fleksibel" mulai meluas, di mana para karyawan dapat mengatur sendiri jam kerjanya dalam batasan tertentu. Sistem fleksibel ini menjadi populer karena dapat menghindari kepadatan lalu lintas dalam jam kerja biasa, selain karyawan juga bisa bekerja sesuai gaya hidupnya.

Tetapi banyak juga orang yang merasa risi untuk pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya, karena melihat atasan dan rekan kerjanya masih bekerja lembur. Nah dalam situasi seperti ini, jangan lupa untuk menenggang rasa kepada mereka yang masih bekerja, dengan mengucapkan O-saki ni shitsurei shimasu sebelum pulang. Artinya "Maaf saya permisi dulu".


06. Jumlah orang asing yang tinggal di Jepang semakin meningkat setiap tahun. Sementara, adanya perbedaan budaya dan kebiasaan, juga membuat masalah dengan orang Jepang semakin mencolok. Pihak pemerintah daerah berusaha mengatasi masalah-masalah ini. Informasi dalam bahasa asing juga disediakan pemerintah daerah di kantor atau dalam situs web mereka. Bahasa yang digunakan terutama adalah bahasa Inggris, Cina, Korea, Portugis dan Tagalog. 

Pada laman situs pemerintah daerah terdapat informasi tentang layanan umum dan fasilitas medis yang memahami bahasa asing. Bahkan juga diterangkan tentang cara dan jadwal pembuangan sampah, misalnya hari untuk membuang surat kabar dan sampah lainnya. Pemilahan sampah berbeda-beda tergantung daerahnya. Ada juga informasi tentang berbagai kegiatan daerah serta kelas belajar bahasa Jepang yang diadakan para relawan.


07. Salah satu budaya Jepang yang sering membuat orang asing terheran-heran adalah penggunaan stempel pribadi, bahasa Jepangnya hanko atau inkan. Benda ini mempunyai peranan penting dalam berbagai transaksi, misalnya ketika akan membuka rekening bank, atau ketika hendak menyewa apartemen dsb. Biasanya stempel ini terbuat dari kayu, batu atau plastik yang diukir dengan nama keluarga pemiliknya. Di beberapa bank besar juga masih mau menerima tanda tangan sebagai pengganti stempel.

Ada juga stempel tidak resmi yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, misalnya ketika menerima barang kiriman, dsb. Stempel seperti ini dijual bebas dengan nama-nama keluarga Jepang yang umum, seperti Sato, Suzuki, Takahashi dan sebagainya. Sebagai orang asing, mungkin nama Anda tidak dijual di pasaran, tetapi bila Anda memesannya, maka Anda juga bisa membuatnya dengan nama lengkap, nama depan saja, atau malah hanya inisial.


08. Apabila menemukan dompet atau telepon genggam, kebanyakan orang Jepang berpandangan "harus segera melaporkannya kepada polisi". Sementara orang yang kehilangan barang pun segera melapor ke polisi tentang barang yang hilang tersebut, termasuk waktu dan hari kehilangan. Dengan demikian, apabila ada orang yang menemukan barang tersebut dan melaporkannya kepada polisi, maka pihak polisi akan dapat segera menghubungi orang yang kehilangan. Itu sebabnya Ibu Yamada mengatakan "Pokoknya, mari kita laporkan kepada polisi." dalam percakapan hari ini. Jepang mempunyai pos polisi kecil di setiap daerah, yang disebut kôban. 

Sistem kôban ini dibuat lebih dari 100 tahun yang lalu untuk menjaga keamanan di Tokyo, lalu meluas ke seluruh negeri. Polisi yang bekerja di kôban disebut dengan panggilan akrab o-mawarisan. Tugas utamanya adalah berpatroli di daerahnya, termasuk segera pergi ke tempat kejadian kecelakaan atau kejahatan, dan membantu anak yang tersesat serta para pemabuk. Jadi kalau Anda suatu saat tersesat di suatu tempat, ingatlah untuk segera ke kôban untuk menanyakan arah.


09. Agak sulit untuk menggunakan ungkapan santun yang tepat di telepon. Kuncinya adalah posisi harus jelas antara "Kita dengan lawan bicara kita", atau "orang dalam dan orang luar". Ketika berbicara dengan orang di kantor sendiri, kita harus menggunakan ungkapan sederhana untuk merendahkan diri sendiri. Misalnya ketika ada telepon untuk Presdir Suzuki, meskipun di dalam kantor sendiri kita memanggilnya Suzuki shacho, yang artinya "Presdir Suzuki", tetapi kepada orang luar, kita akan menanggalkan semua atribut kehormatannya, dan mengatakan: Suzuki wa gaishutsu shite imasu, artinya "Suzuki sedang keluar". 

Di Jepang, nama keluarga yang sering terdengar adalah: Sato, Suzuki dan Takahashi. Tetapi masih banyak nama keluarga lainnya, sebagian juga terdengar hampir sama. Apabila tidak bisa menangkap nama keluarga seseorang, jangan segan untuk berkata; Mô ichido, o-namae o onegaishimasu, yang artinya "Tolong sebutkan nama Anda sekali lagi".


10. Hubungan atau pergaulan yang lancar tanpa masalah, baik dengan atasan maupun dengan rekan sekerja, tentunya akan semakin memuluskan pekerjaan kita.

Pertama-tama, di pagi hari ucapkanlah salam "Selamat pagi" dengan bersemangat. Bahasa Jepangnya: Ohayô gozaimasu. Tidak sopan bila hanya mengucapkan Ohayô saja tanpa gozaimasu kepada rekan sekerja ataupun kepada bawahan.

Ketika ingin menghargai usaha rekan kita, maka ucapkan O-tsukare sama deshita! 

Ketika akan pulang meninggalkan kantor lebih dulu daripada yang lain, ucapkanlah: O-saki ni shitsurei shimasu, artinya "Maaf, saya pulang duluan."

Ada lagi ungkapan untuk menghargai usaha orang lain, yaitu Go-kuro sama desu! atau "Terima kasih untuk pekerjaan yang baik." Tetapi ini hanya diucapkan oleh atasan kepada bawahannya. Kita tentu tidak boleh mengucapkan ungkapan tersebut kepada atasan.


11. Kartu nama di Jepang yang disebut meishi terdiri dari 2 jenis, yaitu yang ditulis dari atas ke bawah secara vertikal, dan yang ditulis dari kiri ke kanan secara horizontal. Tipe vertikal biasanya hanya dipakai untuk menulis huruf Jepang, sementara yang horizontal dapat dipakai untuk menulis huruf Jepang, Inggris, atau lainnya. Ukuran standarnya 91mm x 55mm . Akhir-akhir ini sebagian meishi menggunakan kertas daur ulang, ada pula yang ditambah dengan foto atau ilustrasi, dan sebagainya.

Ketika saling menukar kartu nama, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan. Misalnya ketika menerima kartu nama, kita harus mengucapkan Chôdai shimasu, artinya "saya menerimanya dengan senang hati." Harap diperhatikan bahwa menutup nama orang di kartu nama itu dengan jari kita merupakan tindakan yang tidak sopan, begitu pula menuliskan sesuatu di kartu nama, di depan orangnya, juga merupakan tindakan yang tidak santun.


12. Isyarat bukan hanya membantu komunikasi lisan, melainkan juga dapat menyampaikan pesan yang lebih baik daripada kata-kata. Mari kita lihat beberapa bahasa isyarat yang biasa dipakai oleh orang Jepang dalam kehidupan sehari-harinya.

Ketika ingin memanggil seseorang agar mendekat, maka dengan telapak tangan menghadap ke atas, gerakkan jari-jari ke depan dan ke belakang, seolah-olah sedang menarik sesuatu.

Sementara menunjuk hidung sendiri dengan jari telunjuk, artinya "saya".

Untuk menyatakan persetujuan, anggukan kepala ke atas dan ke bawah, sementara kalau tidak setuju, gelengkan kepala ke kiri dan kanan. 

Nah, sekarang bisakah anda menebak apa artinya bila kita meletakkan kedua jari telunjuk menghadap ke atas di sisi kepala? Itu artinya "marah." Kedua jari itu melambangkan tanduk.


13. Ada beberapa etika yang harus diingat ketika berada di dalam lift di tempat kerja.

Pertama, ketika menunggu lift, berdirilah di sisi pintunya agar tidak menghalangi orang yang hendak keluar dari lift.

Begitu pula posisi berdiri di dalam lift akan tergantung pada siapa yang ada di dalam lift tersebut. Apabila bersama tamu atau atasan, kita harus berdiri di dekat tombol untuk mengontrol lift tersebut.

Kita tidak akan pernah tahu siapa saja yang berada di dalam lift bersama kita. Bisa jadi tamu atau karyawan dari departemen lain. Oleh karena itu, kita harus menjaga percakapan untuk menghindari kebocoran informasi penting.

Hal yang sama juga berlaku saat berada dalam lift di pusat perbelanjaan atau hotel, sebaiknya kita menahan diri untuk bercakap-cakap. Ini juga merupakan bentuk tenggang rasa bagi orang lain yang sama-sama naik lift bersama kita.


14. Di Jepang ada beragam bentuk sapaan untuk berbagai situasi. Berikut beberapa diantaranya yang perlu diingat.

Pertama, tadaima (saya sudah pulang) dan o-kaeri nasai (selamat datang kembali).

Saat akan keluar, ucapkanlah itte kimasu, yang artinya sama dengan "sampai jumpa." Orang yang mengantar Anda keluar akan mengucapkan itterasshai yang artinya sama dengan "sampai ketemu lagi nanti."

Sebelum mulai makan, ucapkanlah itadakimasu, yang artinya "saya akan makan." Saat selesai makan, ucapkan gochisô sama deshita, yang berarti "terima kasih untuk makanannya". "Gochisô sama deshita" juga diucapkan kepada tuan rumah sehabis Anda makan.

Terakhir, ucapkanlah o-yasumi nasai sebelum beranjak tidur. Artinya "Selamat malam." Ucapan balasannya juga sama: O-yasumi nasai.

Jika Anda dapat menguasai bentuk sapaan yang umum ini, maka jarak antara Anda dan orang Jepang akan jauh berkurang.


15. Perusahaan-perusahaan di Jepang sering menggelar pesta untuk para karyawannya. Yang paling umum antara lain adalah pesta untuk karyawan baru, pesta perpisahan saat ada pergantian karyawan, dan pesta akhir tahun sebagai bentuk terima kasih atas hasil kerja dan dukungan selama setahun terakhir.

Diantara rekan sekerja juga merupakan hal biasa untuk makan malam bersama seusai kerja, sambil minum minuman beralkohol atau teh. Jika Anda tidak minum alkohol, tidak ada salahnya menolak, tapi sebaiknya gunakan kata-kata yang sopan. Cara yang sesuai untuk menolak adalah dengan menyertakan alasan dan ucapkan Sumimasen, o-sake wa nomenai n desu yang artinya "Maaf, tapi saya tidak dapat minum sake".

Pesta-pesta ini adalah kesempatan baik untuk mengenal semua orang, dan bahkan menemukan sisi lain yang tak terduga dari rekan sekerja Anda. Jadi datanglah jika Anda diundang.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat Datang Di Blog Zyfa Syafara Alias Fahru >>>>> Download Now

>>>>> Download Full

Selamat Datang Di Blog Zyfa Syafara Alias Fahru >>>>> Download LINK

>>>>> Download Now

Selamat Datang Di Blog Zyfa Syafara Alias Fahru >>>>> Download Full

>>>>> Download LINK nA

Posting Komentar