Selamat datang di blog zyfa syafara alias fahrur

Download

Rabu, 25 November 2015

Cara Mendidik dan Memperbaiki Akhlak Anak




Anak adalah amanah, anugerah, & cobaan. Dia adalah titipan illahi utk (sibghah) menjadi generasi Rabbani. Karena anak pd hakikatnya adl ibarat kertas putih, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.” (HR Bukhari).

Ketahuilah, bahwa cara mendisiplinkan anak merupakan persoalan yg paling penting & mendesak di antara yg lain. Anak amanah bagi orang tuanya, sebab hatinya yg suci laksana permata tidak ternilai yg belum dipakai atau dibentuk. Ia menerima segala bentuk yg ditorehkan & condong kearah mana saja dicondongkan.

Jika diajarkan kebaikan, maka akan didapat kebahagiaan di dunia & akhirat. Sedangkan jika dibiasakan & diajarkan kejahatan akan tumbuh liar bagaikan hewan, tentu akan celaka. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, Peliharalah dirimu & keluargamu dari siksaan api neraka. Seorang ayah mungkin berusaha melindungi anaknya di dunia, namun jauh lbh penting melindungi anaknnya dari api neraka. Caranya adl dgn mendisiplinkannya, mendidiknya & mengajarinya tentang kebaikan akhlak serta melindunginya dari teman-teman yg berperangai buruk.

Tidak memanjakannya, & tidak membuatnya menggandrungi kemewahan & kemegahan duniawi. Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tidak akan diizinkan utk minum/makan yg berasal dari makanan haram, sehingga tidak diperoleh keberkahan dalam hidupnya, yg dpt membentuk wataknya yg buruk sehingga cenderung melakukan perbuatan yg tercela.
  • Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yg pertama adl rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah karunia Allah yg merupakan pertanda baik yg menunjukkan keseimbangan akhlaknya & ketulusan hatinya. 
  • Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus mengambil makanan dgn tangan kanannya, mengajarkannya mengucapkan Bismillah ketika mulai makan, makan dari tempat terdekat dgn dirinya, tidak merebut makanan orang lain, serta ditanamkan rasa tidak suka makan makanan dalam porsi yg besar karena byk makan membuat seseorang menjadi tidak ada bedanya dgn hewan. Kepadanya harus ditanamkan rasa senang memberikan makanan yg lbh baik utk orang lain & dianjurkan utk bersikap wajar terhadap makanan & tidak mencela makanan yg kurang enak.
  • Hendaknya ditanamkan rasa suka terhadap pakaian putih daripada warna lain atau kain sutera, sehingga terjaga dari kebiasaan hidup mewah, bersenang-senang & mengenakan pakaian mahal. Sesungguhnya anak yg sejak kecil kurang diperhatikan biasanya akan tumbuh dgn perangai yg buruk, pendusta, pendengki, keras kepala, suka mencuri, memfitnah, bercanda & tertawa berlebihan, licik & amoral.
  • Hendaknya disibukkan oleh kegiatan mempelajari Al-Quran, hadist & riwayat-riwayat tentang orang-orang yg baik, utk menumbuhkan dalam jiwanya rasa cinta terhadap orang-orang saleh. Kemudian ketika sifat baik & amal saleh ditunjukkan, maka harus diberikan apresiasi yg menggembirakan hatinya. Tetapi sebaliknya, jika melakukan hal yg buruk, hendaklah seakan- akan diabaikan, disembunyikan, tidak diungkapkan ke orang lain. Seandainya ia mengulangi perbuatan itu sekali lagi, maka harus dimarahi tanpa sepengetahuan orang & disadarkan bahwa perbuatannya itu cukup serius.
  • Hendaklah orangtua tidak terus-menerus memarahi anak, sebab membuatnya kebal akibatnya tetap melakukan perbuatan buruk. Hendaknya seorang ayah menjaga kewibawaan ucapannya & hanya memarahi bila tidak ada pilihan lain. Ibulah yg memperingatkan anak dgn menyebut ayahnya.
  • Hendaklah dilarang tidur siang hari, karena dpt menimbulkan sikap malas. Harus dibiasakan utk berjalan, bergerak & berolahraga pd siang hari sehingga terbebas dari rasa malas. Janganlah anak dibiarkan gemuk karena akan sulit menjauhi sikap manja. Sebaliknya, hendaknya dibiasakan mengenakan pakaian & makan makanan sederhana.
  • Hendaknya dilarang melakukan sesuatu secara diam-diam, sebab akan terbiasa melakukan perbuatan buruk. Hendaknya dilarang membanggakan harta orangtuanya, namun dibiasakan bersikap rendah hati, pemurah & santun dalam berbicara. Hendaknya dilarang menerima apapun dari anak lain, sebaliknya kepadanya harus diajarkan bahwa kemuliaan terletak pd sikap memberi. Hendaknya kpd anak diajarkan tentang keburukan mencintai & ketamakan terhadap emas, perak.
  • Hendaklah dibiasakan utk tidak meludah, menguap atau menyusut ingus di hadapan orang lain, tidak memunggungi siapapun, menyilangkan kaki, menopang dagu atau mengganjal kepalanya dgn tangannya, karena perbuatan semacam itu menunjukkan kemalasan. Haruslah diajari mengenai cara duduk & dilarang utk terlalu byk berbicara. Hendaklah dilarang bersumpah terhadap sesuatu, baik benar maupun salah. Sebaiknya diajari mendengarkan dgn cermat setiap kali orang yg lbh tua berbicara & bangkit dari duduknya setiap kali orang yg lbh tua masuk, menyediakan tempat untuknya. Hendaklah dilarang berbicara seenaknya, mengutuk, menghina seseorang atau bergaul dgn orang yg demikian. Kebiasaan buruk akan muncul dari teman sepergaulan yg buruk. Dan sesungguhnya prinsip pendidikan adl menjauhkannya dari teman sepergaulan yg buruk.
  • Hendaklah setelah mengikuti pelajaran, agar diizinkan bermain & diberi kesempatan beristirahat, utk mencegah anak menguras tenaga utk selalu belajar yg akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya & menghambat gairah hidupnya.
  • Hendaknya diajarkan sikap patuh terhadap orangtua, guru & orang yg lbh tua. Kemudian ketika anak mencapai usia remaja, hendaknya tidak melalaikan kewajiban berwudhu & shalat serta diperintahkan berpuasa di bulan Ramadhan. Diingatkan bahwa makanan hanya sarana mempertahankan kesehatan & bahwa tujuannya menjadikan seorang manusia kuat menjalankan ibadah kpd Allah SWT, mengingat tidak satupun yg kekal didalamnya serta kematian akan memutus kenikmatannya. Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. Akhiratlah yg merupakan tempat tinggal abadi. Sesungguhnya kematian menanti setiap saat, karenanya orang yg cerdas & berakal adl orang yg menyiapkan bekal di dunia utk keperluan di akhirat sehingga beroleh derajat yg tinggi di sisi Allah & kebahagiaan melimpah di surga. Jika pendidikan pd masa anak baik, maka akan berkesan & berpengaruh kuat di dalam hatinya laksana tulisan di atas batu.
 Semoga bermanfaat :)

Keutamaan Shalat Jenazah dan Mengiringinya

Hadits Muslim 1570

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَاللَّفْظُ لِهَارُونَ وَحَرْمَلَةَ قَالَ هَارُونُ حَدَّثَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ هُرْمُزَ الْأَعْرَجُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ انْتَهَى حَدِيثُ أَبِي الطَّاهِرِ وَزَادَ الْآخَرَانِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ قَالَ سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُصَلِّي عَلَيْهَا ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَلَمَّا بَلَغَهُ حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَقَدْ ضَيَّعْنَا قَرَارِيطَ كَثِيرَةً و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا ابْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَوْلِهِ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ وَلَمْ يَذْكُرَا مَا بَعْدَهُ وَفِي حَدِيثِ عَبْدِ الْأَعْلَى حَتَّى يُفْرَغَ مِنْهَا وَفِي حَدِيثِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ حَتَّى تُوضَعَ فِي اللَّحْدِ و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي قَالَ حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ قَالَ حَدَّثَنِي رِجَالٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ مَعْمَرٍ وَقَالَ وَمَنْ اتَّبَعَهَا حَتَّى تُدْفَنَ

Siapa yg turut menyaksikan pengurusan jenazah hingga ia menshalatinya, maka baginya pahala sebesar satu qirath. Sedangkan siapa yg turut menyaksikan pengurusannya hingga jenazah itu dimakamkan, maka baginya pahala sebesar dua qirath. Lalu ditanyakanlah, Apakah itu dua qirath?
beliau menjawab: Seperti dua gunung yg besar, sampai disinilah haditsnya Abu Thahir. Kemudian dua orang itu menambahkan; Ibnu Syihab berkata, Salim bin Abdullah bin Umar berkata; Ibnu Umar pernah menshalati jenazah lalu ia bubar & pergi. Dan ketika hadits Abu Hurairah sampai padanya, ia pun berkata, Sungguh, kita telah menyia-nyiakan banyak qirath. Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdul A'la -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Rafi' & Abdu bin Humaid dari Abdurrazaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah dari Nabi , hingga sampai pada seperti dua gunung yg besar. Dan ia tak menyebutkan sesudahnya. Dan di dalam haditsnya Abdul A'la tercantum. Hingga pengurusan (jenazah itu) selesai. Sementara di dalam riwayat Abdurrazaq tercantum; Hingga (jenazah itu) diletakkan di dalam liang lahad. Dan telah menceritakan kepadaku Abdul Malik bin Syu'aib bin Laits telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku ia berkata, telah menceritakan kepadaku Uqail bin Khalid dari Ibnu Syihab ia berkata, telah menceritakan kepadaku seorang laki-laki dari Abu Hurairah dari Nabi , yakni seperti haditsnya Ma'mar. & ia menyebutkan; Hingga (jenazah itu) dikebumikan. [HR. Muslim No.1570].

Hadits Muslim No.1570 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] dan [Harmalah bin Yahya] dan [Harun bin Sa'id Al Aili] -dan lafazh milik Harun dan Harmalah, Harun berkata- telah menceritakan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] ia berkata, telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Hurmuz Al A'raj] bahwa [Abu Hurairah] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang turut menyaksikan pengurusan jenazah hingga ia menshalitinya, maka baginya pahala sebesar satu qirath. Sedangkan siapa yang turut menyaksikan pengurusannya hingga jenazah itu dimakamkan, maka baginya pahala sebesar dua qirath." Lalu ditanyakanlah, "Apakah itu dua qirath?" beliau menjawab: "Seperti dua gunung yang besar." sampai disinilah haditsnya Abu Thahir. Kemudian dua orang itu menambahkan; Ibnu Syihab berkata, Salim bin Abdullah bin Umar berkata; Ibnu Umar pernah menshalati jenazah lalu ia bubar dan pergi. Dan ketika hadits Abu Hurairah sampai padanya, ia pun berkata, "Sungguh, kita telah menyia-nyiakan banyak qirath." Dan telah menceritakannya kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdul A'la] -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Rafi'] dan [Abdu bin Humaid] dari [Abdurrazaq] keduanya dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, hingga sampai pada; "Seperti dua gunung yang besar." Dan ia tidak menyebutkan sesudahnya. Dan di dalam haditsnya Abdul A'la tercantum; "Hingga pengurusan (jenazah itu) selesai." Sementara di dalam riwayat Abdurrazaq tercantum; "Hingga (jenazah itu) diletakkan di dalam liang lahad." Dan telah menceritakan kepadaku [Abdul Malik bin Syu'aib bin Laits] telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [kakekku] ia berkata, telah menceritakan kepadaku [Uqail bin Khalid] dari [Ibnu Syihab] ia berkata, telah menceritakan kepadaku [seorang laki-laki] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yakni seperti haditsnya Ma'mar. dan ia menyebutkan; "Hingga (jenazah itu) dikebumikan."]]]